Agama, Kebudayaan dan Dunia Medis : Eksistensi Pengobatan Alternatif Rukyah dalam Konstelasi Kehidupan Modern
Latar Belakang
Pengobatan
alternatif adalah segala bentuk pengobatan menggunakan cara, alat, dan bahan yang
tidak termaksud di dalam standar pengobatan modern. Pengobatan alternatif dapat
berupa pengobatan tradisional, pengobatan dengan kepercayaan, pengobatan
herbal, dan lain sebagainya. Maraknya pengobatan alternatif didasari oleh
banyak hal dimulai dari biaya medis yang tidak murah, rasa takut untuk
menjalani operasi, pendapat bahwa konsumsi obat medis tidak baik, kepercayaan
budaya lokal, dan lain sebagainya. Menurut survei sosial ekonomi nasional pada
tahun 2001, terdapat 31,7% masyarakat Indonesia yang lebih memilih untuk
melakukan pengobatan tradisional dibandingkan jenis pengobatan lainnya. Keberadaan
pengobatan alternatif di Indonesia pada dasarnya berperan sebagai komplemen
atau tambahan bagi pengobatan medis yang ada. Walaupun begitu, banyak masyarakat
yang melihat pengobatan alternatif sebagai metode pengobatan utama dapat
diambil.
Tingginya
preferensi masyarakat kepada pengobatan alternatif juga dipengaruhi oleh usaha
periklanan yang dilakukan oleh banyak klinik alternatif. Berbeda dengan profesi
dokter, pengobatan alternatif tidak diatur oleh etika kedokteran sehingga
diperbolehkan untuk mempromosikan jasanya dalam menyembuhkan. Promosi yang
dilakukan dapat berupa informasi mengenai penyakit yang dapat disembuhkan,
testimoni dari pasien, hingga mencoba menjelaskan penyakit yang dialami pasien.
Tawaran dapat menyembuhkan segala jenis penyakit menjadikan pengobatan ini
dirasa sangat pintar dalam menjaring opini publik untuk mendapatkan pasien.
Salah satu pengobatan yang masih
eksis hingga saat ini adalah metode pengobatan rukyah. Pengobatan rukyah
biasanya dipilih ketika berbagai jalan pengobatan tidak kunjung sembuh, dan
dengan adanya keyaninan agama yang dimiliki, kembali kepada Tuhan adalah sebagai
jalan keluar. Rukyah atau Ruqiyah (Arab: رقية) adalah salah satu metode pengobatan alternatif
Islami untuk mengusir jin dan
segala macam gangguannya. Rukyah termasuk metode pengobatan ala Nabi
Muhammad yang dikenal dengan istilah Thibbun
Nabawi (Pengobatan ala Nabi). Pengobatan dengan cara membacakan surat-surat
dalam Al-Quran ini dipercaya mampu mengusir roh jahat yang mengganggu dalam
diri seseorang, para jin jahat akan merasakan panas yang membakar dan merekapun
akan pergi. Pengobatan akan semakin maksimal jika dilakukan oleh mereka orang
yang “saleh” dan “bersih imannya”.
Kemunculan
rukyah di Indonesia sendiri diperkirakan baru mulai mencuat disekitar awal
tahun 2000an ini. Hal ini berdasarkan mulai menyebarnya informasi pengobatan
ini melalui sejumlah media, seperti televisi, media massa, brosur, radio dan
lain-lain. Kehadiran pengobatan alternatif memang tak lepas dari semakin
kompleksnya kebutuhan manusia dalam pemenuhannya. Dikenalnya ruqyah saat itu mendapat sambutan
luas dari berbagai kalangan masyarakat, mulai dari masyarakat bawah sampai
kalangan elite. Beberapa rumah rukyah yang terkenal di Indonesia serta tersebar
luas di beberapa daerah adalah Ghoib Ruqyah Syar`iyyah (GRS), Fatahillah Ruqyah center
dan Bengkel Rohani.
Preferensi dasar masyarakat memilih pengobatan rukyah
dalam penanganan penyakit adalah keyakinan atas kekuatan lain berdasarkan
doktrin agama. Rukyah sendiri memang lekat dengan identitas agama islam, dimana
pengobatan ini diyakini sebagai jalan yang diajarkan oleh agama. Keyakinan ini
diperkuat dengan adanya dalil-dalil dalam ayat suci Al-Quran dimana ada semacam
“penguat” untuk menjadikan rukyah sebagai jalan keluar penyembuh segala jenis
penyakit.
Pada era modern seperti ini, dunia medis sesungguhnya
sudah mengalami progresivitas yang baik. Hal ini dilihat semakin massif nya
persebaran rumah sakit, jumlah dokter dan perawat yang semakin banyak, serta
berbagai subsidi pemerintah dalam peningkatan taraf hidup dan kesehatan
masyarakat Indonesia melalui berbagai bantuan dan kerja sama dengan beberapa
klinik dan rumah sakit. Namun, ketika melihat fakta bahwasannya metode
pengobatan rukyah nyatanya masih eksis sebenarnya ada factor apa saja yang
menjadikannya sebagai konsumsi massif bagi beberapa orang.
Pembahasan
Agama, Kebudayaan dan Dunia Medis
Kebudayaan
merupakan suatu cara hidup menyeluruh dari suatu masyarakat yang merefleksikan
pemikiran- pemikiran dan pengalaman-pengalaman mereka dalam tindakan dan
karya-karya nyata. Salah satu bentuk kebudayaan yang hingga saat ini masih
eksis pada kehidupan masyarakat adalah agama. Agama merupakan seperangkat kepercayaan, doktrin dan norma-norma yang
dianut dan diyakini kebenarannya oleh manusia. Keyakinan manusia tentang agama,
diikat oleh norma-norma dan ajaran-ajaran tentang cara hidup manusia yang baik
hal ini tentu saja dihasilkan oleh adanya pikiran atau perilaku manusia dalam
hubungannya dengan kekuasaan yang tidak nyata.
Dari
aspek inilah, maka kita bisa mengetahui mana yang menjadi doktrin, aturan atau
ajaran agama dan mana pula yang menjadi budaya sebagai buah penyikapan manusia
terhadap agama atau doktrin itu. Istilah “penyikapan”, bagaimanapun akan
berkait erat dengan situasi, pikiran, lingkungan atau kultur dimana agama itu
hidup dan berkembang. Kebudayaan manusia dalam kaitannya dengan agama, yaitu
bagaimana pikiran, sikap dan perilaku manusia dalam hubungannya dengan
“sesuatu” yang diyakininya memiliki kekuatan atau yang gaib. Jadi, kebenaran
ideologis atau keyakinan tertentu yang menjadi titik perhatian studi ini,
melainkan kenyataan yang Nampak berlaku dalam kehidupan manusia yang empiris.
Dalam sejarah
kebudayaan, manusia memperkenalkan diri sebagai homo religious, makhluk yang beragama. Dimensi reliogius kita
temukan dalam diri kita sendiri. Penghayatan religious termasuk salah satu
penghayatan manusiawi yang menjadi bahan refleksi kita. Refleksi inipun
bertujuan untuk memperdalam paham tentang diri manusia. Dalam refleksi atas
penghayatan religious manusia menemukan dirinya terarah pada Tuhan. Dalam
penghayatan religious orang melihat kehadiran Sang Pencipta dalam segala
kenyataan. Tuhan lebih dahulu, ditemukan dalam penghayatan baru kemudian
dipertanggungjawabkan dengan argument-argumen yang terdisiplin (Snijders, 2004:
143)
Kepercayaan
manusia terhadap pengobatan alternatif rukyah berdasar adanya kenyakinan bahwa
dalam diri kita ada kekuatan lain yang lebih besar daripada kita. Hal ini
menjadikan kita tunduk terhadapnya. Tuhan, agama serta ajarannya menuntun kita
untuk menjadikannya sebagai pedoman dalam melakukan dan mengambil keputusan
tertentu hingga akhir hayat kita. Rukyah dipandang sebagai keyakinan diri atas
keberadaan Tuhannya.
Kekuatan agama memang masih eksis hingga saat ini,
dalil-dalil dan cerita nabi pada masa lampau menjadi pedoman seorang muslim
dalam bertindak. Menurut cerita, Nabi Muhammad dan rombongannya menemui
seseorang yang tergigit kalajengking, lalu salah satu sahabat nabi meludahi
luka tersebut seraya membacakan surat Al-fatihah. Ada keyakinan hingga sekarang
bahwa dalil-dalil Al-Quran memang memiliki kekuatan tertentu yang tidak bisa
dijelaskan secara ilmiah. Tentu inilah yang menjadi sebuah keunikan dari adanya
metode pengobatan alternatif yang masih eksis hingga saat ini.
Eksistensi Pengobatan
Alternatif Rukyah dalam Masyarakat Kontemporer
Saat ini ruqyah di negeri kita ini sudah dikenal secara meluas. Ruqyah
sudah tidak asing lagi. Hampir setiap orang mengenal ruqyah. Namun sekedar
kenal saja tentu belumlah cukup, harus diikuti dengan pemahaman yang lebih
komprehensif tenang ruqyah itu sendiri.Kenalnya masyarakat dengan nama ruqyah
ternyata tidak diikuti dengan kefahaman mereka dengan konsep yang benar tentang
ruqyah itu sendiri. Mayoritas dari mereka hanya mengetahui bahwa ruqyah hanya
sekedar mendengarkan bacaan Al-Qur`an. Tanpa dilengkapi dengan pemahaman
tentang konsepnya secara mendasar. Bahkan yang lebih ironi adalah keterlibatan
sebagian dari kalangan agamawan dengan konsep ruqyah yang menyimpang.
Tingginya preferensi masyarakat kepada
pengobatan alternatif juga dipengaruhi oleh usaha periklanan yang dilakukan
oleh banyak klinik alternatif. Berbeda dengan profesi dokter, pengobatan
alternatif tidak diatur oleh etika kedokteran sehingga diperbolehkan untuk
mempromosikan jasanya dalam menyembuhkan. Promosi yang dilakukan dapat berupa
informasi mengenai penyakit yang dapat disembuhkan, testimoni dari pasien,
hingga mencoba menjelaskan penyakit yang dialami pasien.
Seperti yang dikemukakan salah satu tokoh sosiologi
Auguste Comte dimana evolusi manusia berawal dari teologi, metafisika dan positivistik,
dimana dianggap ditahun 2000an ini kita sesungguhnya sudah memasuki era
positivistik dimana segala hal dapat dijelaskan secara ilmiah. Dengan adanya
fenomena ini membuktikan bahwa posisi kita saat ini tidaklah fix. Kepercayaan
akan kekuatan lain dirasa menjadi factor utamanya. Pengguna metode inipun
hampir digunakan masyarakat berbagai kalangan dari kelas bawah hingga elite pun
ada.
Pengobatan alternatif
hingga saat ini merupakan komponen dari sistem kesehatan nasional. Hingga saat
ini, belum ada peraturan yang mengatur pembentukan klinik alternatif
berdasarkan dari efektivitas dan hasil dari terapi yang diberikan oleh klinik
tersebut. Terlebih lagi, pengawasan terhadap klinik-klinik pengobatan yang
menyalahi aturan masih minim dilakukan sehingga masih banyak klinik pengobatan
alternatif yang merugikan masyarakat. Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron juga
menyatakan bahwa pengobatan alternatif membutuhkan pembuktian yang konkrit dari
hasil pengobatan. Padahal untuk saat ini pemerintah sudah sangat gencar
melakukan peningkatan fasilitas kesehatan diberbagai daerah. Hal ini bisa
dilihat dari meningkat dan massifnya jumlah rumah sakir, puskesmas, jumlah
tenaga medis, dan berbagai bantuan langsung dari pemerintah. Menurut hasil data
Badan Pusat Statistik Indonesia, mendapatkan fakta bahwa dari tahun 2008 hingga
2014 jumlah fasilitas kesehayan seperti rumah sakit, poliklinik, apotek sudah
mengalami kenaikan hingga 50%. Pengadaan rumah sakit pada tahun 2008 hanya 1556
dan pada tahun 2014 naik menjadi 2006.
Matang dan kokohnya konsep merupakan
syarat mutlak yang harus dilalui. Zaman telah berganti. Ilmu pengetahuan sudah
sedemikian majunya. Terutama yang berkaitan dengan kesehatan. Ilmu kesehatan
sudah sedemikian mantapnya. Masyarakat mulai membuat perbandingan. Perbandingan
antara konsep ruqyah dengan konsep kesehatan secara umum. Karena itu para
peruqyah harus bisa menjawab tantangan ini.
Konsep ruqyah yang telah
ada selama ini masih berkisar pada tataran konsep yang umum. Belum ada
penjelasan lebih lanjut tentang konsep ruqyah yang lebih mendalam. Dalam wacana
kekinian segala sesuatunya harus mempunyai ukuran dan batasan yang lebih jelas.
Karena itu semestinya ruqyah harus dihadirkan dengan kedalaman konsep serta
ukuran yang lebih jelas. Hal ini diangkatkan tidak hanya sekedar untuk
mengikuti trend, namun ini adalah kewajiban kita semua untuk melaluinya.
Analisis Teori DBO (Desires, Believe,
Opportunities) oleh Peter
Hedstrom
Peter Hedstrom adalah salah satu pendiri bidang
sosiologi analitik. Dia telah memberikan kontribusi pada analisis proses
penularan sosial dan jaringan sosial yang kompleks, serta landasan filosofis
analitis dan meta teoritis. Dia adalah salah satu kontributor utama literatur
tentang mekanisme sosial. Salah satu Teori dari dirinya adalah Teori Desire,
Belief and Opportunities atau yang lebih terkenal Teori DBO. Dasar teori ini
adalah adanya aksi dan interaksiTindakan yang dilakukan oleh seorang aktor
dipengaruhi oleh adanya kombinasi antara desires,
beliefs, dan opportunities dari
aktor tersebut.
Desires
dalam Bahasa Indonesia memiliki arti keinginan. Tindakan yang dilakukan oleh
aktor didasarkan pada keinginan dan harapan yang ingin dicapai oleh aktor.
Keinginan yang ada di dalam diri aktor menjadi alasan mengapa aktor tersebut
memilih untuk melakukan suatu tindakan. Beliefs
berarti kepercayaan. Kepercayaan merupakan keyakinan aktor terhadap tindakan
yang akan dilakukan bahwa tindakan yang dilakukan tersebut adalah benar. Desires dan beliefs menjadi dasar mengapa aktor melakukan suatu tindakan.
Sedangkan opportunities berarti
kesempatan. Aktor bisa melakukan suatu tindakan karena aktor terebut memiliki
kesempatan untuk melakukan tindakan tersebut.
Dalam bukunya Dissecting The Social on the Pinciples
of Analytical Sociology, Peter Hedstrom memberikan contoh mengenai kombinasi
antara desires, beliefs, dan oppportunities dalam kehidupan sehari-hariyang
menyebabkan aktor melakukan tindakan.
Dalam menganalisis fenomena rukyah sebagai metode
pengobatan alternatif, kita bisa melihat memang ada factor keinginan,
kepercayaan dan peluang. Keinginan seseorang untuk memilih rukyah didasarkan
atas kebutuhan untuk sembuh dari segala sesuatu yang mengganggu dirinya,
seperti sakit fisik maupun psikis yang mungkin dirasa sudah tidak bisa
dijelaskan lagi secara dunia medis. Keinginan ini juga didasarkan atas adanya
ketidakmampuan seseorang mengakses pengobatan di rumah sakit dengan berbagai
alasan sebelumnya. Hal kedua yang menjadi alasan seseorang memilih rukyah
adalah adanya keyakinan dalam diri individu terhadap keberhasilan rukyah
sebagai jalan pengobatan. Doktrin dan semangat agama memang masih
terinternalisasi kuat dalam diri beberapa orang. Keyakinan mereka dengan
berpedoman bahwa segala penyakit datangnya dari Allah maka hanya Allah
penyembuh segala penyakit atau kayakinan bahwa segala penyakit pasti ada
obatnya kecuali maut. Dengan metode yang didasarkan dalil-dalil Al-Quran
menjadi keyakinan tersendiri bahwa agama dan penyakit adalah sesuatu yang
saling terkait, dan jika berdasarkan dalil Al-Quran seseorang akan merasa
tenang dan aman, karena itulah yang dijanjikan agama bukan? Peluang dapat
dicapai dengan semakin maraknya publikasi metode ini baik melalui media televisi, media massa,
brosur, radio dan lain lain yang menjamur di banyak daerah.
Kepercayaan, keinginan, dan kesempatan dapat terbentuk
karena adanya interaksi dengan orang lain. Keyakinan dan keinginan akan tetap
dan tidak terpengaruh oleh tindakan orang lain dapat terjadi dalam suatu
situasi yang spesifik. Namun, secara sosiologis, sikap individu dan keyakinan
yang terbentuk adalah hasil dari interaksi dengan orang lain. Oleh sebab itu
harus ditentukan mekanisme melalui tindakan beberapa aktor yang mungkin
mempengaruhi keyakinan, keinginan, dan kesempatan orang lain. Karena proses kausal yang ada antara keingian
dan keyakinan, seringkali kedua hal tersebut dipengaruhi oleh tidakan orang
lain, dan teori DBO dapat menjelaskan hal ini. Misalnya saja keyakinan, kita
meyakini sesuatu itu benar adanya, namun apabila terjadi perbedaan sudut
pandang, maka mungkin saja terjadi perubahan keyakinan kemudian
Daftar
Pustaka
Hedstrom, Peter. Dissecting the Social on the Pinciples of Analytical Sociology. UK :Cambridge University Press
Ritzer, George. 2014 Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern.Pustaka Pelajar : Yogyakarta
Snijders,
Adelbert. 2004. Antropologi Filsafat
Manusia Pradoks dan Seruan. Yogyakarta. Kanisius.
BPS.
2014. https://www.bps.go.id/dynamictable/2015/09/19/935/jumlah-desa-kelurahan-yang-memiliki-sarana-kesehatan-menurut-provinsi-2008-2014.html diakses pada 27 Mei 2018 pada pukul 13.32
Komentar
Posting Komentar